Beberapa tahun terakhir ini, sejak tanggal 22 Oktober dicanangkan sebagai hari Santri Nasional, para aparatur yang ada di instansi dan lembaga pemerintahan kabupaten Lumajang, termasuk para siswa diharuskan mengenakan pakaian ala santri. Yang putri memakai busana terusan dan berjilbab dan yang putra memakai baju Koko bersarung, bersongkok hitam dan bersepatu.
Awalnya sih sedikit asing dan sempat jadi ledekan ketika para pria bersarung dengan bersepatu dan beraktifitas di kantoran.
Sayapun yang pernah nyantri sempat gusar ketika hari santri diidentikkan dengan SARUNG. Kenyataannya, para santri dan kyai anak saya, juga para kyai saya tidaklah terlalu *sarung*. #uwuuu#
Sampai kemudian saya berpikir dari sisi lain.
Ada apa dengan Dunia Santri dan Sarung?
Bagi santri, sarung adalah benda wajib yang harus dimiliki setelah Al Qur’an. Sarung adalah pakaian kehormatan yang mengandung nilai kesederhanaan dan kesopanan yang tinggi, yang harus dikenakan ketika para santri sedang beribadah berserah pada Sang Maha Agung Allah Subhanallah Ta’ala.
Di pesantren saya dan atau anak saya, sarung tidak boleh dikenakan selain untuk beribadah. Maka ketika saya sambang anak lanang yang nyantri, tak sekalipun saya menjumpai para santri bersarung selain ketika waktu sholat. Bahkan waktu tidurpun sarung tidak diperkenankan untuk dibuat selimut.
Cara memadu padankan sarungpun tidaklah sembarangan. Sarung harus berikat pinggang dan dikenakan dengan baju koko polos atau jas, bukan hem bermotif apalagi kaos. Dengan kepala bersongkok hitam, sajadah tersampir di pundak dan tangan kanan mendekap Al Qur’an di atas dada. Mereka dengan rendah hati berangkat menuju masjid untuk menderas Al Qur’an dan mentauhidkan Allah.
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (QS: Al An’am : 162)
Kiranya itu yang jadi harapan para petinggi Lumajang di hari santri ini, dengan bersarung para aparatur diharapkan menata kembali niat dan selalu ingat akan tujuan hidup yaitu beribadah dan selalu hidup dengan penuh kesederhanaan dan rendah hati.
Karena berapa banyak amalan dunia yang menjadi amalan akhirat karena BAGUSNYA NIAT. Dan sebaliknya, berapa banyak amalan akhirat hanya menjadi amalan dunia semata karena BURUKNYA NIAT.
Selamat Menjadi Santri!
Karena tidak harus mondhok untuk berakhlak santri. #quote#
Sifreni, 22 Oktober 2020
Hidup Sarung! Eh…
Penulis : Sifreni Mira Yusiana