Sampah, nama yang amat familiar di telinga kita dengan fungsinya sebagai kata benda bagi definisi berikut:
“Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses,”
Sumber: Wikipedia.com
Sampah pula, perihal yang kerap kita singgung di beragam forum diskusi akan betapa disturbing-nya eksistensi objek yang hidup berdampingan bersama keseharian kita ini. Simpelnya, sampah itu layaknya buah dari proses defekasi, sudah sepantasnya untuk dibuang agar tak mengacaukan sistematika yang ada.
Tak ayal, dampak dari sampah sendiri jikalau tak diolah secara berdasar dan preventif, maka akan menjerumuskan kita kepada suatu jurang yang sukar didaki kembali. Salah satunya:
“Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menyebutkan limbah plastik di Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun,”
Sumber: liputan6.com
Angka tersebut mengantarkan Indonesia sebagai salah satu penyumbang sampah plastik terbesar ke laut, yang bertengger di nomor urut kedua. Bukan sebuah pencapaian yang patut untuk dibanggakan, namun sangat penting untuk ditelisik lebih lanjut supaya setidaknya indeks perkiraan di atas turun sekian nominal.
(Berdasarkan tutur Jenna R. Jambeck; Plastic Waste Inputs from Land Into the Ocean, 2015)
Sampah-sampah tersebut tak luput dari tindak tanduk manusia yang katastrofis, melibatkan banyak pihak tak bersalah dalam pikir kerjanya yang masif. Benar, mayoritas pasokan sampah yang terbuang ke laut tersebut berasal dari daratan. Siapa yang mengonsumsi bahan plastik kalau bukan manusia?
Kita berani berbuat, maka kita pun harus berani mempertanggungjawabkan efek berlanjut dari tindakan kita sebelumnya. Jika sampai dampak dari perbuatan kita tersebut sukses menghancurkan ekosistem yang tengah kita huni, maka di mana lagi kita akan meneduh? Kita selayaknya menjaga dan merawat apapun yang kita pergunakan.
Saya tahu artikel ini tak ada gunanya apabila tak diiringi dengan solusi yang solid di akhir paragrafnya, maka kelak saya bagikan di bawah ini beragam metode untuk membiasakan diri kita terhadap upaya pencegahan membludaknya populasi sampah di dunia ini:
Klasemen 3R:
1. Reuse (Menggunakan Kembali)
Menggunakan kembali sampah plastik yang masih mampu dimanfaatkan, seperti contohnya dengan mencuci beragam gelas plastik yang kita dapatkan bersama pembelian berbagai macam minuman modern, sehingga gelas plastik yang telah higienis tersebut dapat kita pergunakan sebagai wadah minuman di kehidupan sehari-hari.
2. Reduce (Mengurangi)
Mengurangi penggunaan sampah plastik yang mempunyai alternatif terjangkau lain, seperti berhenti membawa atau membeli air mineral dalam botol plastik dan menggantinya dengan air yang diwadahi dalam botol rumahan.
3. Recycle (Mengolah)
Mengolah kembali sampah plastik dengan merangkai kreativitas dengan indah dan produktif, misalnya dengan menginovasikan beribu macam barang bekas menjadi alat perabotan rumah, hal ini pun sekaligus meregulasikan akumulasi keuangan kita.
Selain itu, membuang sampah sampai kita menemukan tempah sampah adalah sebuah langkah yang amat membantu dan penting untuk mengawali kita dalam menciptakan kebiasaan baru.
“Save the Environment, Save the World,”
Dengan kita menjaga lingkungan sekitar kita, maka kita pun juga berhasil menyelamatkan dunia tempat kita tinggal.
Selamat Hari Peduli Sampah Nasional, 21 Februari 2022
•
•
•
Catatan Kaki:
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4706371/indonesia-produksi-limbah-plastik-66-juta-ton-per-tahun-apa-solusinya