COVER YOUTUBE (4)-c9442c33
Peran Guru Penggerak Sebagai Seorang Coach Di Sekolah Dan Keterkaitannya Dengan Pengembangan Kompetensi Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh Sifreni Mira Yusiana, S. Pd*

Pemimpin sekolah, dalam berbagai literatur, disebut berperan besar dalam menentukan keberhasilan sekolah karena ia mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan berbagai elemen di dalamnya. Seorang pemimpin sekolah yang berkualitas akan mampu memberdayakan seluruh sumber daya di ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu padu menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa dan ciptanya. Tak dipungkiri, pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Selain menyiapkan diri kita sebagai pemimpin pembelajaran, program Pendidikan Guru Penggerak juga menyiapkan kita untuk menjadi seorang kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah, tentunya tidak akan terlepas dengan tugas supervisi. Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu:

  • Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang: a. interaktif; b. inspiratif; c. menyenangkan; d. menantang; e. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.

Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya.

Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.

Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun). Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Oleh sebab itu, empat (4) cara berpikir ini dapat melatih guru (coach/pamong) menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran.

Empat paradigma coach adalah

  1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
  2. Bersikap terbuka dan ingin tahu
  3. Memiliki kesadaran diri yang kuat
  4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan

Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi.

Prinsip coaching yang pertama adalah kemitraan. Dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. Coach bisa berbagi mengenai pengalamannya yang terkait dengan topik pengembangan coachee, jika diminta oleh coachee, sebagai salah satu sumber belajar bagi coachee.

Yang kedua adalah proses kreatif. Coaching adalah proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan. Hal ini tergambar dalam prinsip coaching yang kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang:

  1. dua arah
  2. memicu proses berpikir coachee
  3. memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru

Prinsip coaching yang ketiga adalah memaksimalkan potensi. Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang dikembangkan.

Berdasarkan ICF (International Coaching Federation) ada 8 kompetensi inti namun untuk kebutuhan Pendidikan Guru Penggerak, kita mempelajari 3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah.

Berikut ini adalah kompetensi inti coaching:

  • Kehadiran Penuh/Presence Kehadiran penuh/presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.
  • Mendengarkan Aktif Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
  • Mengajukan Pertanyaan Berbobot

Dalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi. Pertanyaan berbobot memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Hasil mendengarkan aktif: Menggunakan kata kunci yang didapat dari mendengarkan
  2. Membantu coachee: Membuat coachee mengingat, merenung, dan merangkai fakta sehingga dapat memahami apa yang terjadi pada dirinya
  3. Bersifat terbuka dan eksploratif: Struktur kalimat terbuka, membuat coachee harus menjawab sambal berpikir
  4. Diajukan di momen yang tepat: Tidak terburu-buru dalam mengajukan pertanyaan dan ditanyakan di waktu yang coachee sudah siap memprosesnya.

Acuan umum sebuah alur percakapan coaching yang akan membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna yaitu alur TIRTA. Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk pengembangan diri dan membangun kemandirian. Melalui alur percakapan coaching TIRTA, kita diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat maupun muridnya.

TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Tujuan Umum

Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee.

  1. Identifikasi

Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi.

  1. Rencana Aksi

Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat.

  1. TAnggungjawab

Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya.

Dalam praktik coaching dengan rekan sejawat, penulis masih menghadaoi hambatan-hambatan, di antaranya adalah;

  • Masih belum mampu mendengar aktif.
  • Terkadang masih suka berasumsi, labelling dan mengasosiasikan pengalaman pribadi sehingga tidak netral dan mengganggu jalannya coaching.
  • Sering terbawa oleh permasalahan coachee.

Solusi yang akan penulis lakukan adalah banyak berlatih percakapan coaching sesuai paradigm, prinsip coach dan alur TIRTA, memiliki kompetensi social dan emosional, tidak berasumsi, memberi label dan mengaitkan permasalahan coachee dengan pengalaman pribadi.

*Penulis adalah Calon Guru Penggerak Angkatan V kelas 49 B Kabupaten Lumajang

Daftar Pustaka
Brown, G. B. (2008). Guiding Faculty to Excellence. Colorado, Colorado: Purposeful
Design Publication
Cogan, Morris L. (1973). Clinical Supervision. Boston: Houghton Mifflin.
Costa, A. dan Garmston,R. (2016). Cognitive Coaching: Developing Self-directed Leaders
and Learners. Maryland: Rowman & Littlefield
Downey, M. (2003). Effective Coaching: Lessons from the Coaches’ Coach. Cengage
Learning
Gibson, R.L, Mitchell, M.H. (2003). Introduction to Counseling and Guidance; 6th edition.
Englewood Cliffts New Jersey: Merrill, Prentice Hall
Glickman, C.D., Gordon, S.P., dan Ross-Gordon, J.M. (2007). Supervision and
Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston:
Pearson.
Grant, A.M. (1999). Enhancing performance through coaching: The promise of CBT.
Paper presented at the First State Conference of the Australian Association of
Cognitive Behaviour Therapy (NSW).
Lovell, John T dan Wiles, Kimball. (1974). Supervision for Better Schools. Minnesota:
Prentice-hall
McMahon, G and Archer,A. (2010). “101 Coaching Strategies and Techniques.” London:
Routledge
Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2003). Human Resource Management, International
Edition, New York: The McGraw-hill Companies, Inc.
Siregar, M. K., Amalia, I. (2014). Modul Corporate Coach Program 1,2. Jakarta: LOOP
Indonesia.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Artikel Terkait

IMG-20230701-WA0001

SEKBID kelengkapan REMAS 2022/2023 SMPN 1 PASIRIAN.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.   Hai hai hai teman-teman Smeppassa !! gimana liburan nya? seru dong pasti nya.   Pada kesempatan ini kita akan membahas tentang organisasi Remaja masjid SMP Negeri 1 Pasirian. Kira-kira apa sih yang mau dibahas? ketua Remas? sudah, wakil ketua Remas? sudah, pengurus inti Remas juga sudah, jadi kali ini kita akan

Baca selengkapnya...
png_20221222_183957_0000-b04ee458

BIJAKSANA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH

assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh “Dalam hidup semua hal datang sulit, tapi kebijaksanaan adalah yang paling sulit didapat.” setiap orang didalam hidupnya pasti memiliki masalah yang berbeda-beda, tetapi orang yang menyelesaikan semua masalahnya dengan cara yang bijaksana sangat minim. Kebanyakan seseorang menyelesaikannya dengan cara emosi, yang akan berakibat bukanya terselesaikan masalah tersebut tetapi malah membesarnya masalah tersebut.

Baca selengkapnya...

IDUL ADHA – SMP NEGERI 1 PASIRIAN

Assalamu’alaikum Haii SMEPPASSA Bagaimana nih kabarnya? Semoga sehat selalu ya   Oh iya, kemaren kamis 29 Juni 2023 SMEPPASSA Mengadakan sholat IDUL ADHA 1444 H, tepat pelaksanaan Di masjid ROUDLOTUTH THOLIBIN SMPN 1 PASIRIAN IMAM: USTADZ ISWAHYUDI, S.Pd.I. KHOTIB: Drs. ABUSAMAN, M.Pd  Isi khotbah: Tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Awalnya ketika Nabi Ibrahim masih

Baca selengkapnya...
20230619_100734

GEBYAR CLASMEETING SMPN 1 PASIRIAN

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai Sobat Smeppassa Bagaimana Kabarmu Hari ini? Apakah Kamu Tahu? Hari Ini Adalah Hari Kedua Pelaksanaan Clasmeeting Smp 1 Pasirian,Dan Pada Hari ini Suasana Lomba Nya Semakin Membara Karena Semangat Kita Yang Jawara,Berkat Rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa Kita Dapat Melaksanakan Lomba Dengan Lancar Pasti Menyenangkan Jika Dapat Ikut Dalam Melaksanakan

Baca selengkapnya...
IMG-20231008-WA0011

MOTIVASI PAGI JURNALISTIK

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh 💕Selamat menunaikan ibadah sholat shubuh💕 Jurnalistik Smeppassa Jawara 📚  21 Oktober 2023    “Jalan menuju roma memang berliku, begitu juga jalan mencapai kesuksesan untuk itu kita harus giat belajar” -Fauliza A-   Meraih sukses merupakan tujuan semua orang dalam berkarier. Kunci kesuksesan dapat menuntun pada jalan sukses yang sering didefinisikan sebagai kondisi

Baca selengkapnya...