Masih ingat dengan peristiwa perobekan bagian bendera Belanda yang dilakukan oleh Arek-arek Suroboyo?
Bagaimana bisa bendera Belanda terpasang di sana?
Itu semua bermula dari sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada 18 September 1945, pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah- Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya.
Keesokan harinya Pemuda Surabaya yang melihat bendera Merah-Putih-Biru yang dikibarkan di hotel Yamato dan membuat mereka menjadi marah karena menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia.
Residen Soedirman bersama Sidik dan Hariyono bertemu dengan tentara Belanda WVC Ploegman di Hotel Yamato dan meminta mereka menurunkan bendera berwarna merah putih biru itu. Namun, Ploegman menolak permintaan itu. Hariyono bersama Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya.
Itulah sepenggal cerita mengenai peristiwa perobekan bagian bendera Belanda yang dilakukan oleh arek-arek Suroboyo. Dibalik itu semua pemuda Surabaya juga punya Sumpah Pejuang, loh. Bukan hanya sumpah pemuda saja seperti yang kita semua tau. Dan faktanya sumpah itu ditulis dan ditandatangani 12 jam sebelum Inggris memulai serangan 10 November. Isinya sebagai berikut:
Tetap Merdeka!
Kedaulatan Negara dan Bangsa Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 akan kami pertahankan dengan sungguh-sungguh, penuh tanggungjawab bersama, bersatu, ikhlas berkorban dengan tekad:
Merdeka atau Mati!
Sekali Merdeka tetap Merdeka!
Dari kutipan sumpah pejuang diatas terlihat semangat arek-arek Suroboyo untuk melawan. Kemerdekaan itu harus dipertahankan dengan sungguh-sungguh, karena mendapat kemerdekaan bukanlah hal yang mudah. Ribuan bahkan jutaan nyawa melayang untuk kemerdekaan Indonesia.
Oleh karena itu perayaan hari pahlawan ini layaknya kita pakai untuk mengingat kembali dan menghormati peristiwa ini. Mengheningkan cipta selama beberapa menit tak akan membuatmu lelah. Banyak aspek yang berkontribusi untuk kemerdekaan Indonesia. Itulah Indonesia, dengan segala sejarah yang ada. Sejarah-sejarah itu jangan sampai kita lupakan, karena jika sejarah itu tidak ada Indonesia yang sekarang tidak akan pernah kita kenal dan tidak akan pernah ada.
Sekali merdeka!
Tetap merdeka!