Pada suatu hari aku bersama 4 temanku, ada di rumahku. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri sedangkan 4 temanku asik bermain game. Aku masih penasaran dengan pelajaran yang satu itu. Ibu Laras berkata kalau kita bisa mengamalkannya dalam kehidupan kita, kita akan menjadi anak Indonesia yang baik.
Namaku bella, aku bersekolah di sekolah dasar pelita bangsa, dan sekarang aku duduk di kelas 4. Aku adalah anak biasa-biasa saja, tidak terlalu pintar, tapi aku juga tidak ingin menjadi anak yang malas. Aku selalu belajar dan berlatih dengan giat.
Hari ini, guruku , ibu Laras, memberikan tugas kelompok tentang Pancasila, membuat sebuah tulisan dan wawancara tentang cara-cara kita untuk mengamalkan butir butir Pancasila. Namun mereka tipikal orang pemalas, kalau di kasih tugas selalu tidak di kerjakan.
Sorenya mereka masih berada di rumahku, aku menunggu mereka selesai dengan ponselnya masing-masing. Dan semua sedang bersantai di ruang tamu. Aku mendekati kedua temanku— Aisyah dan Lina. Mereka hanya menanggapiku sambil lalu. Awalnya aku masih semangat memberikan pertanyaan kepada kedua temanku, namun mereka tidak menanggapi tugas kita dengan serius.
Aku bertanya kepada kedua temanku yang laki-laki— Vino dan Augo. Hasilnya pun sama saja, mereka malah memilih bermain dengan handphone nya masing-masing dibanding menanggapi tugas kita.
Tidak ada pilihan lain, aku menunggu mama pulang dari kerja, dan hanya mama satu-satunya harapanku untuk membantu tugas kita. Sambil mencacat hal- hal yang aku ketahui walaupun sedikit. Aku duduk di ruang tamu sambil membaca dan melafalkan Pancasila berulang-ulang, hingga aku mulai memahami nya satu persatu. Aku mulai mencatat beberapa hal yang harus aku lakukan selama seminggu kedepan.
Setelah menunggu satu jam, akhirnya mama sudah pulang. Mama menghampiri kami, mama terlihat letih namun ia masih memberikan senyum khasnya kepada kami.
Lalu aku aku bertanya kepada mama, ” ma, apakah mama capek?”, Dengan tersenyum mama menjawab “sedikit, kenapa emang?”, aku pun menjawab, “apakah aku boleh minta bantuan untuk mengerjakan tugas kelompok kami?” dengan senyum tipis mama menjawab, ” tentu saja boleh, tapi mama ganti baju dulu ya.” ” Iya ma” Jawab bella.
Aku menunggu mama untuk selesai ganti baju. Lalu mama menghampiri kami dan duduk di sofa ruang tamu.
” Jadi, apa yang mama bisa bantu buat tugas kelompok kalian?” Tanya mama dengan senyuman khasnya.
Kuserahkan buku catatan ku dan menjelaskan maksud dari tugas kami. ” Aku sudah bertanya kepada Aisyah dan Lina, juga kedua teman laki-lakiku. Tapi… Mama tahu sendiri mereka selalu mengabaikan tugas yang di berikan guru kami. Mereka malah sibuk dengan handphone nya masing-masing.”
mama tertawa kecil. ” Mama akan bantu kalian, tapi sebelum itu kita akan makan bersama dulu.”
Kami berjalan ke arah ruang makan, sesampainya ke ruang makan kami di buat bingung. Bukannya piring yang tersedia seperti biasa, tetapi hanya ada secarik kertas dengan tulisan angka-angka besar.
Mama datang dan duduk di kepala meja. Teman-teman ku menanyakan apa maksud dari angka-angka yang tertera di kertas-kertas itu.
“Tante akan mengadakan sayembara.”
Keempat temanku terlihat sedikit antusias karena kalau ada sayembara, pasti ada hadiahnya. Aku duduk manis dan baru menyadari angka-angka itu bukanlah hanya sekedar angka.
” Angka-angka yang ada di hadapan kalian masing-masing adalah angka urutan Pancasila. Mama akan memberikan tugas kepada kalian, tugas nya gampang banget. ” Mama menatap kami penuh arti .
Kulihat Aisyah mendapatkan angka 1, Lina angka 2, vino angka 3, Augo angka 4, sedangkan aku sendiri angka 5. Sedikit demi sedikit aku mulai memahami maksud mama.
” Selama 1 Minggu, mama ingin kalian berbuat sesuatu— 1 perbuatan tiap harinya—sesuai dengan butir Pancasila yang tertera di kertas kalian. Siapa yang melakukan paling banyak akan mama berikan hadiah.”
SATU MINGGU BERLALU. keempat temanku datang kerumahku untuk menjelaskan tugas mereka. Mulai dari Aisyah.
” Aisyah mendapatkan butir Pancasila pertama; ketuhanan yang adil dan beradab.
Disini Aisyah melakukan hal-hal seperti; Aisyah memiliki keyakinan dan Aisyah ibadah dengan sholat lima waktu, Aisyah selalu menghormati dengan teman Aisyah yang berbeda keyakinan, menghormatinya dan mengerti ketika mereka sedang merayakan hari raya mereka, dan Aisyah tidak memaksakan keyakinan Aisyah dengan orang lain.”
Lalu giliran Lina, ” Satu Minggu ini Lina belajar dari Pancasila yang kedua; kemanusiaan yang adil dan beradab. Lina mulai sadar dan melakukan hal-hal yang seperti; Lina tidak akan merendahkan orang lain, mama memperlakukan teman-teman Lina dan orang lain dengan adil, Lina mulai mengikuti kegiatan kemanusiaan dari pada Lina hanya bermain game, dan Lina mulai saling menghormati tanpa melihat derajat dan status orang.”
Vino dengan bangga mulai berbicara, ” aku dapat Pancasila yang ketiga; persatuan Indonesia. Aku mulai belajar bergaul dengan seluruh murid di sekolah, saling mengenal satu sama lain, tanpa melihat ras, suku, ataupun agama mereka. Aku mulai mempelajari Indonesia, mempelajari sukunya, budaya, sampai kekayaan alamnya, dan pasti aku mulai menjaganya, tan.”
Augo kelihatan tidak mau kalah, dengan semangat dia menceritakan pengalaman nya selama satu Minggu ini; Augo dapat sila keempat; Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Permusyawaratan/Perwakilan. Augo sekarang mulai aktif mengikuti kegiatan OSIS dan ekstrakulikuler. Augo sering mengadakan rapat atau diskusi. Setelah mempelajari sila keempat, augo mulai menyadari bahwa setiap pendapat harus dihormati, dan Augo dengan teman-teman lainnya tidak boleh egois. Setiap kali ada masalah, kami menghadapinya bersama-sama dengan musyawarah, dan setiap keputusan yang diambil kami hormati dan tidak menggerutu dibelakang. Augo mulai belajar menerima pendapat orang lain dan tidak bisa memaksakan pendapat Augo kepada orang lain.”
Mama mengangguk setuju sambil tersenyum puas. Lalu Mama menatapku, ia mempersilakanku untuk bicara dan menjelaskan apa yang sudah aku pelajari selama seminggu ini.
“Aku mendapatkan sila kelima,” kataku memulai, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Di sekolah dan rumah, aku mulai membantu teman-teman dan Mama untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara gotong royong. Aku mulai menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Aku belajar membantu orang lain dan menghormati hak mereka. Dan sekarang aku berusaha untuk bersikap adil terhadap sesama, ma.”
Setelah mendengarkan penjelasan semuanya. Mama mulai mengumpulkan kertas catatan semua orang dan menyerahkannya kepadaku, untuk ku catat dan di jadikan jadi satu. Ia tersenyum puas dan bangga kepada kami semua.
“Oh,” Mama teringat sesuatu, “mama lupa hadiahnya.”
Aisyah buru-buru menyanggah, “Setelah kita pahami tugas dari Tante, bukan hanya sekedar untuk membantu tugas kita saja. Tapi kita menyadari selama ini kita sudah terlalu jauh dari ‘hidup mengamalkan Pancasila’. Kita sudah mendapatkan hadiah terbesar kita, kita sudah mengingat dan mulai mempraktikan butir-butir Pancasila setiap harinya.” Aisyah tersenyum penuh haru.
Mama tertawa gembira, kedua teman laki-lakiku sedikit menyesal dengan tidak adanya hadiah, namun mereka tetap bangga dengan hasil kerja mereka.
Aku pun begitu. Kubaca semua tulisan dari teman-teman ku, lalu kutulis ulang menjadi sebuah laporan wawancara. Aku merasa bangga dengan hasil kerjaku dan teman-teman ku. Dan mulai sekarang kami bisa saling membantu dalam mengerjakan tugas.
Aku tidak berharap mendapatkan nilai tertinggi, ataupun pujian. Hal itu merupakan bonus tambahan atas semua hal yang aku pelajari selama satu minggu ini. Aku mulai menyadari pentingnya kita mengamalkan Pancasila, menjadikan kita generasi penerus bangsa yang bermartabat, berbudaya, dan tahu akan negaranya sendiri.
Terima kasih Mama atas bantuannya. Bukan hanya untuk tugas saja, tapi aku mendapatkan pelajaran yang berharga. Aku akan berusaha menjadi anak yang dapat dibanggakan oleh negara, menjadi pembela paling depan untuk Indonesia. -End of Note -; *SELAMAT MEMPERINGATI HARI PANCASILA* Pasirian, 01 – 06 – 2022
sumber: finifio.wordpress.com