Salah satu gebyar seni dari Wiraraja Sedai dalam acara HUT SMEPPASSA Yang ke-44 adalah mempersembahkan Tari Kolosal Dewi Songgolangit yang di persembahkan dengan sangat meriah oleh Para penari dari Siswa dan Siswi SMPN 1 PASIRIAN.
Dengan perjuangan yang cukup membutuhkan tenaga yang besar, hingga latihan sampai sore di lakukan oleh Para Penari yang terlibat dalam tarian ini. Agar acara HUT SMEPPASSA dapat berjalan dengan lancar dan meriah.
Dikutip dari etnis.
Tari Songgolangit berkisah tentang seorang putri dari kerajaan Kediri yang berparas rupawan dan berbudi pekerti terpuji. Kecantikannya membuat pangeran dan bangsawan berhasrat untuk menjadikannya permaisuri (istri).
Di sisi lain, ada pula Prabu Singa Barong, seorang raja berkepala harimau yang penuh kutu, sehingga kemana pun ia pergi, selalu diikuti seekor merak yang mematuki kutu-kutunya.
Dewi Songgolangit dicerca kebingungan, di satu sisi, nuraninya yang belum ingin menikah, sementara orang tuanya justru mendambakan seorang cucu. Sang Dewi memutuskan semadhi untuk memohon petunjuk pada Sang Hyang Widhi.
Akhirnya, ia memutuskan, bahwa siapapun yang ingin memperistrinya, haruslah memenuhi tiga syarat: menyediakan 140 pasang kuda kembar, tontonan menarik yang belum pernah ada, dan hewan berkepala dua.
Prabu Klana Sewandono berhasil memenuhi dua persyaratan pertama. Akhir cerita, sang prabu dan Prabu Singa Barong terlibat pertarungan. Singkat cerita, Singa Barong kalah, sedangkan merak yang senantiasa mengikutinya itu manunggal (menyatu) di atas kepalanya, sehingga menyerupai wujud hewan berkepala dua. Maka, terpenuhi sudah persyaratan tersebut. Kisah inilah yang dalam aspek spiritual-kultural masyarakat Ponorogo, melahirkan kesenian Reog Ponorogo.
Tarian ini di bawakan dengan sangat kompak dan indah.Hal ini juga karena semangat yang berkobar dalam diri penari untuk menampilkan yang terbaik dalam acara HUT SMEPPASSA 44TH.
SMEPPASSA BANGKIT MENUJU GENERASI SEHAT,CERDAS,DAN BERMARTABAT.