Assalamu’alaikum warohmatulohi wabarakatuh
Haii SMEPPASSA👋🏻
Bagaimana nih kabarnya? Semoga senantiasa dalam keadaan sehat dan bahagia
Oh ya, kemaren tanggal 30 September 2023 kami se SMPN 1 PASIRIAN menonton film G30SPKI di aula.
Apa sih G30SPKI?
G30SPKI adalah sebuah peristiwa berlatar belakang kudeta yang terjadi selama satu malam pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965 yang mengakibatkan gugurnya enam jenderal serta satu perwira. G30S PKI atau gerakan 30 September yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi salah satu sejarah pahit bagi pemerintah Indonesia pada waktu itu. Peristiwa ini terjadi pada 30 September 1965, 56 tahun silam. PKI merupakan salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia. Partai ini mengakomodir kalangan intelektual, buruh, hingga petani. Pada pemilu tahun 1955, PKI berhasil meraih 16,4 persen suara dan menempati posisi keempat di bawah PNI, Masyumi, dan NU. Sejarah berdirinya PKI pada tanggal 18 September 1948 di madiun pemberontakan ini di pimpin oleh Muso. PKI tak lepas dari Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), partai kecil berhaluan kiri yang didirikan oleh tokoh Sosialis Belanda, Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau dikenal dengan Henk Sneevliet.
𝗧𝗨𝗝𝗨𝗔𝗡 𝗚𝟯𝟬𝗦𝗣𝗞𝗜
1. Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikannya sebagai negara komunis.
2. Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan pemerintahan.
3. Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.
4. Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.
5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian kegiatan komunisme internasional.
𝟳 𝗸𝗼𝗿𝗯𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗶𝘀𝘁𝗶𝘄𝗮 𝗚𝟯𝟬𝗦 𝗣𝗞𝗜:
Tujuh jendral yang menjadi korban dalam peristiwa G30S PKI pada tanggal 1 Oktober 1965 ini, mengalami pembantaian yang sangat mengerikan. Mereka diculik, disiksa, hingga meninggal dunia. Setelah mengalami peristiwa yang mengerikan tersebut, jenazah ketujuh jendral tersebut dimakamkan dengan layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Sebelum di makam dengan layak ketujuh jendral tersebut di lubang buaya.
Lubang Buaya adalah pinggiran kota di Cipayung, Jakarta Timur, Indonesia yang juga merupakan tempat pembunuhan tujuh perwira tentara Indonesia selama upaya kudeta 1 Oktober Gerakan 30 September. Dan secara resmi diberi gelar sebagai Pahlawan Revolusi dengan pangkat anumerta.
𝟭. 𝗝𝗲𝗻𝗱𝗿𝗮𝗹 (𝗔𝗻𝘂𝗺𝗲𝗿𝘁𝗮) 𝗔𝗵𝗺𝗮𝗱 𝗬𝗮𝗻𝗶
Jenderal Ahmad Yani merupakan salah satu anggota Panglima TNI AD ke-6 pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Beliau lahir pada 19 Juni 1922. Jenderal Ahmad Yani menjadi salah satu jenderal yang menjadi korban dalam peristiwa G30S PKI di rumahnya, Jalan Latuharhary No. 6, Menteng, Jakarta Pusat.
𝟮. 𝗟𝗲𝘁𝗻𝗮𝗻 (𝗔𝗻𝘂𝗺𝗲𝗿𝘁𝗮) 𝗝𝗲𝗻𝗱𝗿𝗮𝗹 𝗠𝗧 𝗛𝗮𝗿𝘆𝗼𝗻𝗼
Mas Tirtodarmo Haryono atau lebih dikenal dengan MT Haryono lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur. Sebelum terjun ke dunia militer, MT Haryono pernah mengikuti Ika Dai Gaku (sekolah kedokteran) di Jakarta pada masa pendudukan Jepang. Hingga akhirnya, setelah kemerdekaan Indonesia MT Haryono bergabung bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan diberi pangkat mayor. Letnan Jenderal MT Haryono adalah salah satu jenderal yang menjadi korban peristiwa G30S PKI. Beliau berhasil melarikan diri dari kelompok PKI, namun akhirnya tewas karena tertembak.
𝟯. 𝗞𝗮𝗽𝘁𝗲𝗻 (𝗔𝗻𝘂𝗺𝗲𝗿𝘁𝗮) 𝗣𝗶𝗲𝗿𝗿𝗲 𝗧𝗲𝗻𝗱𝗲𝗮𝗻
Kapten Piere Tendean lahir 21 Februari 1939 di Jakarta. Setelah mengakhiri pendidikan di Akademi Militer Jurusan Teknik tahun 1962, ia menjabat sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Kapten Pierre pun turut bertugas menyusup ke daerah Malaysia ketika sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Kapten Pierre Tendean adalah korban yang salah sasaran dalam peristiwa G30S PKI. Sasaran utama kelompok PKI adalah Jenderal Besar TNI (Purna) Abdul Haris Nasution, atasannya Kapten Pierre Tendean. Pierre Tendean akhirnya ditangkap dan dibunuh secara brutal ketika berusaha melindungi atasannya.
𝟰. 𝗟𝗲𝘁𝗻𝗮𝗻 (𝗔𝗻𝘂𝗺𝗲𝗿𝘁𝗮) 𝗝𝗲𝗻𝗱𝗿𝗮𝗹 𝗦 𝗣𝗮𝗿𝗺𝗮𝗻
Letnan Jenderal S Parman lahir pada 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah. Merupakan salah satu petinggi TNI Angkatan Darat (AD) di masa orde lama. Memiliki background pendidikan di bidang intelijen. Ia pernah dikirim ke Jepang untuk memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai. Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia mengabdi kepada Indonesia untuk memperkuat militer Tanah Air. Letnan Jenderal S. Parman juga menjadi salah satu korban kelompok PKI dalam peristiwa G30S PKI. Ia diculik dari rumahnya pukul 04.30 WIB oleh pasukan berseragam Cakrabirawa, lalu ditembak hingga tewas.
𝟱. 𝗠𝗮𝘆𝗼𝗿 (𝗔𝗻𝘂𝗺𝗲𝗿𝘁𝗮) 𝗝𝗲𝗻𝗱𝗿𝗮𝗹 𝗗𝗜 𝗣𝗮𝗻𝗷𝗮𝗶𝘁𝗮𝗻
Donald Ignatius Panjaitan atau dikenal dengan DI Panjaitan lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Pada masa pendudukan Jepang ia memasuki pendidikan militer Gyugun. Setelah mengakhiri pendidikan, ia ditempatkan di Pekanbaru, Riau hingga saat proklamasi kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka, DI Panjaitan ikut serta membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia pun memiliki karir yang luar biasa dalam bidang militer. Mayor Jenderal DI Panjaitan juga merupakan salah satu jenderal yang menjadi korban dalam peristiwa G30S PKI. Ia diculik dan ditembak hingga tewas.
𝟲. 𝗠𝗮𝘆𝗼𝗿 (𝗔𝗻𝘂𝗺𝗲𝗿𝘁𝗮) 𝗝𝗲𝗻𝗱𝗿𝗮𝗹 𝗦𝘂𝘁𝗼𝘆𝗼 𝗦𝗶𝘀𝘄𝗼𝗺𝗶𝗵𝗮𝗿𝗷𝗼
Sutoyo Siswomiharjo lahir 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Pada masa pendudukan Jepang ia mengikuti pendidikan pada Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta, setelah mengakhiri pendidikan, ia berkarir sebagai pegawai negeri pada Kantor Kabupaten di Purworejo. Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bagian Kepolisian, dan akhirnya menjadi anggota Korps Polisi Militer. Ia diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Subroto dan kemudian menjadi Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo. Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo adalah korban lainnya dalam kebrutalan kelompok PKI pada peristiwa G30S PKI. Ia diculik dan ditembak hingga tewas.
𝟳. 𝗟𝗲𝘁𝗻𝗮𝗻 𝗝𝗲𝗻𝗱𝗿𝗮𝗹 (𝗔𝗻𝘂𝗺𝗲𝗿𝘁𝗮) 𝗦𝘂𝗽𝗿𝗮𝗽𝘁𝗼
Jendral Suprapto lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920. Ia sempat mengikuti pendidikan di Akademi Militer Kerajaan Bandung, namun harus terhenti karena bermukimnya Jepang ke Indonesia. Pada awal kemerdekaan Indonesia, Suprapto turut berjuang dalam usaha merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Ia kemudian memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto dan ikut serta dalam pertempuran di Ambarawa sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman. Letnan Jenderal Suprapto menjadi korban ketujuh dalam peristiwa G30S PKI. Beliau berhasil meredakan pemberontakan PKI di berbagai wilayah sebelum akhirnya menjadi korban dan tewas pada peristiwa tersebut.
Wasalamualaikum warohmatulohi wabarakatuh
Sumber: detik.com
Penulis: Vingit Fernando Dwi Pradana/9H